Friday 25 October 2013

Kabar Baik dari Patmos - Penunggu Pagi 25 Oktober 2013

Berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, SEBANYAK KEMULIAAN DAN KEMEWAHAN YANG TELAH IA NIKMATI. Sebab ia berkata di dalam hatinya: Aku bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung - (Wahyu 18:7)

Kitab Wahyu menyoroti Babel sebagai seorang ratu berpakaian indah dan berhiaskan permata (Why. 17: 4, 5). Kekayaannya juga adalah mesin komersial yang membuat makmur para pedagang di seluruh dunia (Why. 18:9-19). Namun demikian, dia memperoleh kekayaan dan posisinya dengan mengorbankan orang lain (Why. 17:6; 18:2, 3, 5). Jadi ayat ini berisi panggilan untuk membalik keadaan. Berlawanan dengan kehidupannya yang mewah, sekarang dia mengalami penderitaan dan siksaan seperti yang dulu dia timbulkan kepada orang-orang. Kitab Suci bahkan menyebut kemewahannya sebagai salah satu dasar penghukumannya (Why. 18:3).

Apakah kehidupan bermewah itu suatu dosa terhadap Tuhan? Jika ya, seberapa mewah? Apakah sekadar memiliki harta kekayaan bisa dijadikan penyebab penghukuman? Jika memang demikian, tidakkah kebanyakan kita menjadi terhukum zaman sekarang ini? Bagaimanapun, orang zaman purba mana yang tidak akan takjub menyaksikan kekayaan seorang “miskin” zaman ini, di mana banyak yang memiliki kendaraan tua, tinggal di apartemen-apartemen dengan alat pemanas, dan memiliki kotak elektronika yang menyampaikan berita serta hiburan dari jauh! Semua ini adalah kemewahan yang tak terbayangkan bagi dunia zaman Romawi. Jadi, apakah kekayaan suatu dosa?

Jawabannya terletak pada bagian pertama Wahyu 18:7. Babel bukan hanya hidup dalam kemewahan, tetapi dia “mengangungkan dirinya” dengan harta miliknya. Harta milik itu sendiri tidak menjadikannya terhukum, namun keserakahannya dalam menggunakannya adalah masalah yang krusial. Tujuannya mengumpulkan kekayaan bukanlah demi kepentingan orang-orang atau kemanusiaan, tetapi untuk mengagungkan dirinya sendiri.

Apakah Allah peduli dengan ukuran rumah Anda jika dibandingkan dengan keramahtamahan Anda atau tidak adanya keramahtamahan? Allah tidak sedemikian peduli dengan tipe mobil yang Anda kendarai, dibandingkan dengan apakah Anda mempergunakannya untuk mengantar jemput orang-orang yang tidak punya mobil. Besarnya lingkup sosial Anda tidak begitu merisaukan-Nya dibandingkan seberapa banyak orang yang menganggap Anda sahabat mereka. Tidak jadi soal bagi Tuhan apakah Anda memperoleh kemajuan dalam pekerjaan Anda, sepanjang Anda bekerja sama kerasnya demi kemajuan orang lain. Dan Dia tidak begitu peduli dengan jumlah harta milik Anda dibandingkan dengan seberapa besar harta milik itu menguasai kehidupan Anda. Dengan demikian, Babel bukan berbicara tentang apa yang Anda miliki, tetapi tentang cara hidup Anda.
Tuhan, bukakan mataku untuk melihat Babel di dalam diriku. Tolong aku agar mau melihat kebutuhan orang lain melalui kacamata-Mu.

No comments:

Post a Comment