Wednesday 10 July 2013

Surat Anak Untuk Ayahnya

Saya kira, kisah berikut ini menunjukkan betapa cerdik sang anak mensiasati nilai buruknya. Keep reading :)


Terjadi suatu pagi yang cerah. Ya mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putrinya. Dia mendapati kamar itu sudah rapi dengan selembar amplop bertuliskan: “untuk ayah” di atas kasurnya.

Perlahan dia mulai membukan surat itu.

 “Ayah tercinta, aku menulisp surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik. Setelah bertemu dia ayah juga pasti akan setuju meski dengan tattoo-tattoo dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya. Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak dikandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama. Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan pil ekstasi yang sangat luas. Dia juga telah meyakinkanku bahwa ganja itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai au memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda. Ayah… jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya berikan boneka ku untuk adik, dia sangat menginginkannya“

Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang Ayah membaca lembar kedua surat dari puteri tercintanya itu Lembar kedua…

 “Ayah… tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yang lebih mengerikan daripada nilai rapotku yang buruk. Kalau ayah sudah menandatangani raaportku di atas meja, panggil aku ya, aku tidak kemana-manasaati ini, aku ada di tetangga sebelah”

1 comment: